Istanamimpi.com - Tepat empat th silam, Piermario Morosini menghadirkan duka yg mendalam bagi sepakbola Italia.
Sabtu 14 April 2012, publik Stadion Adriatico dirundung perasaan was-was. Maklum saja, club kesayangan mereka, Pescara, telah ketinggalan 2-0 dari tamunya, Livorno, kendati turnamen terjadi belum hingga setengah jam.
Mereka khawatir apabila hasilnya Pescara kalah, lantaran perihal tersebut akan menciptakan kans agung Marco Verratti cs lolos ke Serie A Italia menjadi lenyap. Bermain Fantastis & menjadi pemuncak klassement sewaktu paruh mula-mula turnamen Serie B Italia 2011/12, Il Delfino kolpas bersama kalah di tiga laga beruntun sebelum hadapi Livorno.
Tapi menginjak menit ke-31 turnamen, perasaan itu lenyap kala mata mereka serta semua orang di Stadion Adriatico terbelalak, menonton tragedi memilukan.
Seseorang pemain Livorno, yg tidak dikenal sama sekali oleh khalayak sepakbola umum, tiba-tiba terjatuh tidak dengan lantaran tentu. Dirinya bangkit kembali, selanjutnya terjatuh kembali, & melakukannya sekali lagi, sebelum menyerah sampai hasilnya tergeletak tengkurap tidak berdaya.
Ofisial turnamen & dua club sontak terperanjat & berseru kepada wasit pemimpin laga buat menghentikan turnamen. Tim medis Livorno segera mendatangi sang pemain, yg setelah itu ketahuan bernama Piermario Morosini, guna melakukan perbuatan penyelamatan.
"Morosini jatuh, beliau coba bangun namun jatuh lagi. Pegawai medis kami setelah itu menyadari apa yg sedang berlangsung," ungkap direktur eksekutif Pescara, Danilo Iannascoli, seperti dikutip Sky Sports.
Atmosfer kontes mencekam seketika, sekian banyak pemain Livorno serta Pescara menjerit & menangis yg menjadi representasi reaksi publik Adriatico. Ambulans setelah itu datang guna mengantar Morosini ke hunian sakit, yg tapi sayang malah menjadi ruang beliau menghembuskan nafas terakhir.
Ya, Morosini tidak tertolong, ia wafat dalam perjalanan Kerumah Sakit
Sepakbola Italia, Eropa, sampai dunia berduka. Tidak peduli apakah itu pesepakbola tersohor atau bukan, khalayak sepakbola tidak sempat siap menyakiskan kembali tragedi yg pun menimpa Marc-Fivien Foe, Miklos Feher, Serginho, Antonio Puerta hingga Phill O'Donnel ini. FIGC bahkan meliburkan kontes sepekan seterusnya, yang merupakan bentuk duka terhadap Morosini.
Media lantas menangkap rasa penasaran publik akan gelandang berumur 25 thn tersebut. Penelusuran dilakukan & kita cuma dapat dibuat semakin tidak terima dgn kepergiannya, dikarenakan Morosini yaitu laki-laki berhati emas.
Senyum mengembang, keceriaan yg seakan tidak sempat luntur, & keluhan yg tidak sempat hadir darinya, menciptakan sohib, kerabat, sampai publik tidak dapat yakin bahwa pemain yg sepanjang kariernya dipunyai oleh Udinese ini mempunyai latar belakang yg sungguh menyayat hati.
Dengan Cara Apa tak, kala ia berumur 15 th ibunya wafat lantaran sakit. Dua th berselang beliau menjadi yatim piatu sesudah sang ayah menyusul ibunya. Tidak lama, adiknya yg depresi bunuh diri dengan cara melompat dari jendela lantai atas bangunan. Morosini juga selanjutnya tinggal bertiga, bersama ke-2 kakanya yg ironisnya mengalami cacat fisik.
"Meskipun memiliki tidak sedikit masalah keluarga, Moro senantiasa tersenyum & tak sempat mau masalah itu menganggunya. Seperti itulah aku mau mengingatnya," ujar eks kawan setimnya di Vicenza, Raffaele Schiavi, seperti dilansir Ilussusiadiario.
Besar Nya hati Morosini menciptakan Udinese beserta legenda terbesarnya, Antonio Di Natale, memutuskan buat membiayai kepentingan seumur hidup ke-2 kakak sang pemain.
Rasa duka serta tidak sempat lekang. Gianluigi Buffon menjadi sampel paling baik, diwaktu beliau mempersembahkan kemenangan atas AS Monaco di Liga Champions periode dulu, dikala peringatan tiga thn berpulangnya Morosini.
Addio Piermario Morosini, the man with a golden heart...
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar